Geopark Night Specta 7.0: Merayakan Harmoni Alam, Budaya, dan Inovasi Komunitas di Gunungsewu UGGp

Geopark Night Specta 7.0

Nglanggeran, 18–19 Juli 2025 — Ratusan pengunjung hadir memadati kawasan Amphitheater Nglanggeran dalam perhelatan Geopark Night Specta (GNS) 7.0, sebuah ajang tahunan yang menjadi selebrasi kolaborasi, budaya, dan kreativitas masyarakat kawasan Gunungsewu UNESCO Global Geopark (UGGp) Geoarea Gunungkidul. Mengusung tema “Simfoni Budaya Harmoni Bumi”, acara ini berlangsung selama dua hari dan melibatkan berbagai elemen komunitas dari tiga kabupaten: Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan.

Sebagai bagian dari rangkaian GNS 7.0, turut digelar Festival Cokelat di Embung Nglanggeran pada 18–20 Juli 2025. Festival ini menampilkan berbagai produk olahan cokelat lokal, pameran UMKM, pertunjukan seni, dan wahana edukasi yang memperkuat branding Nglanggeran sebagai Desa Cokelat. Di hari kedua, pada 19 Juli pagi, suasana semakin hangat dengan kegiatan Ngobrol Bareng Geopark (Ngobar Geopark), sebuah forum diskusi terbuka bertajuk “Simfoni Taman Bumi” yang dihadiri oleh siswa/siswi, pengelola geosite, akademisi, pemerintah daerah, dan komunitas. Dalam Ngobar Geopark, hadir sebagai narasumber Dr. Eng. Ir. Didit Hadi Priyanto, S.T., M.Si., IPM. (UGM), Aris Eko Nugroho, S.P., M.Si. (Paniradya Pati DIY), dan Mohamad Arif Aldian, S.IP., M.Si. (General Manager Badan Pengelola Gunungsewu UGGp).

Usai sesi diskusi, malam harinya menjadi puncak kemeriahan GNS 7.0 dengan pertunjukan seni spektakuler yang memadukan musik etnik dan modern. Dibuka oleh penampilan kolaboratif Rampak Swara Kendang Svarga, suasana makin meriah saat musisi nasional tampil di konser Georkestra. Hadir di atas panggung Letto, Hasan Aftershine, Paksi Raras, Tami Aulia, dan Slamet Man, memadukan genre musik kekinian dengan nilai-nilai lokal yang selaras dengan semangat geopark.

Sebagai bagian dari edukasi publik, juga digelar Lomba Poster “Simfoni Taman Bumi”, yang menjadi ruang ekspresi kreatif dari generasi muda. Poster-poster terbaik dipamerkan di area acara dan diumumkan langsung kepada publik.

Kegiatan ini didukung oleh Dana Keistimewaan DIY, serta melibatkan lintas sektor mulai dari pemerintah daerah, pelaku pariwisata, pengelola geosite, hingga komunitas kreatif. GNS 7.0 tak hanya menjadi panggung hiburan, tetapi juga menjadi ruang penguatan identitas Gunungsewu sebagai taman bumi yang hidup — tempat di mana konservasi alam, warisan budaya, dan pemberdayaan masyarakat berjalan beriringan.

Previous Forum Pengelola Gunungsewu UNESCO Global Geopark 2025

Leave Your Comment