Gua Tabuhan mempunyai lorong mendatar sepanjang 105 meter, berarah barat-timur. Ruangan pertama dihiasi oleh stalaktit yang memanjang dan melengkung ke arah mulut gua. Pelengkungan dikendalikan oleh sejenis jamur yang melingkupi ujung stalaktit. Jamur tersebut memerlukan sinar matahari untuk fotosintesa. Di mulut gua yang melengkung lebar stalaktitnya bercampur dengan rock-pendant.
Ruangan kedua mempunyai atap lebih rendah yang berakhir di lubang kecil yang buntu. Air perkolasi yang mengumpul di dasar gua membentuk kolam-kolam kecil di antara stalakmit-stalakmit kecil yang masih terus tumbuh. Dasar gua dilapisi oleh sedimen berwarna coklat, mengandung sisipan tuf berwarna putih.
Sekumpulan stalaktit, karena kering dan berongga, jika dipukul akan mengeluarkan nada gamelan tertentu. Diiringi gendang dan nyanyian pesinden, terciptalah musik tradisional di dalam gua. Gua Tabuhan pernah menjadi tempat bertapa Sentot Prawirodirjo, panglima perang Pangeran Diponegoro yang berjuang melawan Belanda pada tahun 1825–1830.